Outdoor Recording “Mengapa Harus Ke Waerebo”

Pagi buta Iwan Fals dan rombongan siap-siap berpetualang. Sabtu pagi (14/3/2020) 5 mobil melintasi jalanan berkelok. Goyang ke kiri goyang ke kanan seirama dengan tikungan tajam. Untuk penumpang bisa jadi hiburan. Tapi selebihnya ujian. Karena bantingan setir yang tidak halus menyebabkan mabok kendaraan. Yang rawan adalah penumpang di jok belakang. Kecuali penumpangnya berkarakter “si bolang” pastinya tahan banting. Seperti Firman crew Iwan Fals asal Sukabumi yang setia duduk di jok belakang.

Hamparan sawah hijau menjadi pemandangan indah di pagi hari. Anak-anak SD berangkat sekolah, berjalan kaki di jalan aspal. Membelah sawah yang luas di kiri-kanan. Pengambilan gambar dan video menyita perhatian warga sekitar. Produksi rekaman outdoor Iwan Fals dilakukan.

Perjalanan berlanjut menuju Waerebo di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai Barat, Flores NTT. Ada Manggarai di sini. Manggarai tempat lahir Iwan Fals . Jauh-jauh terbang dari Jakarta ketemunya Manggarai juga. Ada hubungankah Manggarai Jakarta dan Manggarai NTT?

Dari Labuan Baju menghabiskan waktu 4 jam ke Denge, kampung terdekat menuju Waerebo. Terletak di lembah di antara pegunungan. Disambut hangat oleh Blasius Monta. Menempuh Waerebo dengan hanya bisa dilakukan jalan kaki 3-4 jam. Jalan setapak, menanjak, tanah licin, berbatu. Iwan Fals bersemangat jalan kaki mulai dari pos 1 menuju negeri di atas awan. Cikal yang semula berbarengan memilih jalan santai. Menikmati alam sekitar, bertanya soal daun yang bisa dimakan, kopi, air gunung, dan rehat sejenak di titik ketinggian eksotis.

Pos 2 adalah tempat membalas kelelahan. Setelah sebelumnya jalan menanjak cukup panjang maka setibanya di pos 2 dikasih pemandangan lembah indah. Cikal menulis di selembar kertas. “Surat cinta” untuk sutradara. Pesan penyemangat untuk Erix Soekamti. Dia tertinggal jauh, paling terakhir.

Mengabadikan foto dan video tidak bisa langsung upload. Tidak ada sinyal. Jalan terus menanjak ditemani porter. Daun longe berwarna hijau berbatang kecil merah. Dimakan rasanya seperti kedondong, pahit namun segar. Cikal, Shara, Epel, Ican, Firman, Manto, Epol menguyah daun longe dan biji kopi yang ditemukan di hutan. Air gunung diteguk langsung, segar. Tumbler diisi penuh air pancoran. Cuci tangan, basuh muka, basahi sebagian badan. Air gunung menyegarkan. Begitupun saat diminum masuk mengalir ke dalam tubuh. Aliran air yang menyebabkan rasa lelah hilang.

Akhirnya tiba di Waerebo. Desa misterius, terpencil berasal dari suku Minangkabau. Hanya orang-orang kuat yang bisa sampai ke sana. Presiden RI belum pernah ada yang datang ke sana. Iwan Fals dan rombongan utuh tiba menjelang matahari terbenam. Sabar sedikit untuk tidak mengambil foto dan video. Karena belum diijinkan selama belum ritual yang dipimpin seorang tetua adat. Upacara Pa’u Wae Lu’u untuk mohon ijin sebagai tamu yang berkunjung dan bermalam di Waerebo.

Waerebo, menyampaikan beberapa pesan. Arsitek nusantara pada rumah tradisional Mbaru Niang sebagai konservasi warisan budaya. Destinasi wisata yang hijau, bersih, dingin, dan ramah. Menjaga tradisi leluhur. Menjaga keluarga harmonis dengan tidak boleh berselisih. Yang berhubungan dengan pelanggaran hukum diselesaikan secara adat sehingga persoalan tidak sampai keluar.

“Tanam Siram Tanam” menggema dari tenggorokan Iwan Fals. Anak-anak berlari di alam bebas. Hijau dan sehat untuk kehidupan. Ini yang menyebabkan Iwan Fals bergairah menyanyikannya di Waerebo. Dan satu lagi, lagu yang syairnya tentang Waerebo. Yang membuat Iwan Fals terkejut haru, irama gendang Waerebo yang dimainkan seirama dengan kocokan gitar akustik Iwan Fals. Sebelumnya tidak pernah janjian ketemu. Iwan Fals menulis lagu itu sebelum mendengarkan musik tradisi di Waerebo.

“Unik dan ghaib. Lagu tentang Waerebo sudah jadi sebelum berangkat. Dan saya kaget ketika diperdengarkan Cikal, lagunya benar-benar tradisi Waerebo. Dari perkusi dan lain-lain. Pokoknya auranya deh” kata Iwan Fals.

Beragam komentar berhasil dihimpun. Hampir tidak ada yang tidak berkenan dengan kedatangan Iwan Fals di Waerebo. “Maaf kami yang terburu-buru,” ucap Iwan Fals.

“Luar biasa bagus,” Juventus (35 tahun).

“Terima kasih atas kehadirannya bapak Iwan Fals bersama rombongannya. Dalam keadaan sehat dan selalu sehat seterusnya. Dan semoga pak Iwan Fals bisa kembali lagi kesini,” Vitalis Haman (61 tahun).

“Menyenangkan dengan datangnya bang Iwan Fals ke Waerebo. Semoga anak-anak Waerebo bisa seperti bang Iwan Fals,” Yustini Rini (30 tahun).

“Luar biasa. Promosi dari semua lini. Pak Iwan Fals musisi yang hebat. Bangga Waerebo dijadikan lagu oleh Pak Iwan Fals,” Yosep Katup, Kepala Dusun Waerebo (50 tahun).

Kesan dan pesan dari Waerebo untuk Iwan Fals disampaikan jujur. Orang jujur masih ada. Orang jujur ada di pelosok. Iwan Fals memberikan kenangan berupa pin kepada seorang tetua adat bertuliskan “Orang Jujur Teman Iwan Fals”.

(Bersambung)...

Leuwinanggung, (13/4/2020).
Fotografer : Evelyn Pritt
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto